Lihat sekitarmu...

Mau sedikit share dan berbagi cerita.

Gue mau bercerita mengenai Sepasang kakek nenek renta yang berjualan sapu dan kemoceng di UNS. Sang kakek buta, sehingga saat mereka berdua berjalan, sang nenek lah yang berjalan didepan menuntun sang kakek.

Sepasang kakek dan nenek renta ini menjajakan sapu dan kemoceng yang mereka bawa di Universitas Sebelas Maret. Bukan sembarang berjualan, tapi cara mereka menjual dagangan mereka dengan berkeliling UNS. Bisa bayangin Universitas sebesar itu dilewatin sepasang kakek nenek renta demi sesuap nasi demi memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Kami mahasiswa yang masih muda-muda bahkan kelelahan saat baru mengitari setengah kampus. Sedangkan mereka memutari kampus sebanyak 3 kali. Mulai dari boulevard/Gedung Rektorat lewat ke daerah Kopma trus ke Fakultas Sastra dan Seni Rupa menuju ke arah FKIP trus ke arah FMIPA dan berlanjut ke Fakultas Pertanian dan muter melewati gedung Rektorat. Lo bisa bayangin jaraknya dari denah ini. Emang terlihat ga begitu jauh, tapi untuk usia seperti mereka. Itu melelahkan dan menyakitkan :'(

Oke dari jarak dan peta yang tadi gue sebutin, Fakultas gue (FISIP) emang ga masuk daftar. Itu karena  sepasang kakek nenek renta itu ga pernah lewat di kampus gue. Tapi STOP dulu man. Disini kisahnya baru mau diceritakan.

Oke pertama-tama kenapa sepasang kakek nenek renta itu ga lewat FISIP ?? Karena gila man,Fakultas gue itu dataran yang paling tinggi seUNS man. Jadi ga mungkin juga kalo dipikir-pikir. 

Oke trus kenapa gue tahu mengenai sepasang kakek nenek renta itu,ceritanya begini man.

Apagunanya jadi mahasiswa kalo ga main/adventure ke fakultas lain man. Nah disaat jam pulang (ini pas gue masih Semester 1 *Masih jadi Maru Imut*), kebetulan pas itu kita pulang siang,,gue jalan-jalan nyari2 info keberadaan fakultas selain FISIP,FE sama FHukum. 

Nah pas sampe perempatan Kantor Pos yang di deket Medical Center, gue melihat sepasang kakek nenek renta lagi jalan sambil bawa sapu sama kemoceng. Awalnya gue kira mereka orang yang kebetulan lewat (karena kan bnyak banget orang sipil yg bukan mahasiswa berlalu lalang di UNS). Tapi setelah gue melewati mereka,gue rasa mereka bukan warga biasa yag sengaja melintas. Tapi mereka mencoba berjualan di sekitar kampus. Gue saat itu juga ga bisa berbuat banyak, hanya berdoa semoga dagangan mereka habis laris hari ini. Amin. :)

Keesok-esokkannya selama semester 1 gue ga pernah melihat sepasang kakek nenek renta itu lagi dikarenakan jadwal kuliah gue yang diganti jamnya sehingga penuh sampe sore.

Welcome Semester 2.

Di Semester 2 ini, gue udah ga sendirian lagi kalo berangkat ke kampus. Soalnya ada Ochak (itu tuh warga Medan yang kuliahnya nyasar di Solo dan ber-GEN Bule).

Nah di semester ini kebnyakkan masuk pagi pulang siang. Gapapa lah. kalo masuk pagi seenggaknya jadi lebih semangat, karena masih adem *Oh,,kota Solo* :)

Satu bulan setelah mengikuti perkuliahan di semester 2, Gue sama anak-anak (*mereka bukan anak gue, maksudnya anak-anak adalah Tyara, Tyas, Gita, Ochak dan Marlin*) bisa jalan kalo siang ada jam kosong atau bakan jam pulang.

Sampai suatu hari ketika gue sama ochak mau WIFI'an di Basecamp, gue ketemu lagi sama sepasang kakek nenek renta itu lagi. Mereka masih menjajakan sapu dan kemoceng seperti sebelumnya. Sesampainya di Telaga, gue ngadu sama ochak.

"Chak,itu kakek sama nenek penjual sapu yg gue pernah cerita sama lo. Kasian mereka chak"

"Iya,Na. Trus gimana ?"

"Aku ga tau. Barangnya udah ada yang laku apa blum ya chak ??"

"Yaah,aku ga tau Na"

"Hmm" :'(

3 Jam kemudian, gue pergi naik motor kesayangan gue dari Basecamp ke daerah belakang kampus buat beli mouse laptop. Pas di perempatan Kantor Pos, gue ketemu sepasang kakek nenek renta itu lagi. Gilaaa mereka udah muter lagi. Berhubung masih ada sisa uang di kantong gue, gue berencana membeli barang dagangan mereka.

Gue coba memberhentikan mereka, tapi ga berhasil dan ternyata kedua kakek nenek itu juga tuli karna usia senja. Walaupun saat itu gue bener-bener ga butuh sapu pada saat itu, tapi gue pingin mereka punya secercah asa setelah berjalan jauh dengan mengetahui barang dagangan mereka terjual walau hanya satu.

Saat gue tanya harga 1 sapunya berapa ?. Ternyata 10.000 rupiah. Harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan di penjual sapu grosir. Tapi kembali ke niat awal gue,akhirnya gue beli sapu itu, gue sodorkan uang satu-satunya dikantong sebesar 20.000 rupiah. Mereka terlihat bingung, karena tidak punya kembalian. Karena memang dari awal, gue ga pingin uang gue dikembaliin.Akhirnya gue bilang,ambil aja bu kembaliannya buat beli minum :). Nenek itu berterimakasih atas rezeki yang dia terima hari itu.

Setelah membeli sapu itu, lantas sapu itu gue bawa ke Basecamp. Lo bisa bayangin ekspresi orang2 yang lagi WIFI'n termasuk Ochak yang melihat gue dateng sambil menenteng2 sapu dimotor. *Macam harry potter absurd*.

"Katanya lo mau beli mouse,kok pulang bawa sapu ??"

"Iya chak, tadi gue ketemu kakek nenek itu lagi,ditempat yang tadi kita ketemu. Gue ga tega jadi gue beli aja sapunya. Mousenya juga udah gue beli"

"Trus lo pulang nanti juga nenteng-nenteng sapu gitu"

"Iya chak. Lah mau gimana lagi" 

*Ga kebayang dengan jarak rumah nenek gue ke UNS itu 11 KM dan gue pulang kuliah sambil nenteng2 sapu lagi*

Tapi mau gimana lagi...

Dan bener saat gue pulang,sepanjang jalan gue diliatin orang2, mungkin dipikiran mereka :

"Kasian banget dideket rumahnya ga ada yg jual sapu kali ya, sampe harus beli sapu di daerah kampus. Sapunya ditenteng lagi"

*Kalo misalnya muat ditas,itu sapu mungkin udah gue masukin tas*

Dua minggu kemudian, gue main ke Telaga F.Pertanian, kali ini gue sendirian ga bareng Ochak. Ke Telaga niatnya sih WIFI'an. Keadaannya udah menjelang sore. Tapi saat gue lagi mesen bakso (ada yang jual bakso di F.Pertanian udah jadi langganan), gue ngeliat sepasang kakek nenek renta penjual sapu itu lagi. 

Mereka sedang beristirahat setelah lelah habis berjalan menjajakan sapu seperti biasanya. Mereka meminum satu plastik teh anget yang diminum berdua. Gue hampirin mereka.

*Mereka bicara bahasa Jawa,tapi karena gue hanya bisa mengartikan serta berbicara bahasa Jawa dan belum bisa nulis bahasa Jawa,jadi pake Bahasa Indonesia aja yaa*

"Permisi bu pak, bapak sama ibu udah makan ??"

"Sampun,nak. Suwun"

"Ndaak, kalo belum saya pesankan bakso. Kebetulan saya ada rejeki lebih."(kebetulan abis dapet kiriman uang pas itu)

"Mboten sah,nak. Ini (menunjuk ke  satu plastik teh anget yang stengah diminum) saja sudah cukup. Nanti merepotkan. Abis ini bapak sama ibu juga udah mau pulang."

Gak berapa lama mereka pamit pulang.

Setelah itu gue gak pernah melihat mereka lagi. Gue khawatir mereka kenapa-kenapa. Kalo mereka berdua sakit siapa yang ngurus ??. Trus mereka punya anak ga ??. Anak-anaknya kemana sih kok ortunya udah renta ga diurusin ??. Semua pertanyaan itu berputar dikepala gue.

Sampai akhirnya,beberapa hari lalu stelah mengurus OSMARU, gue bertemu mereka lagi. Alhamdulillah yaa allah, mereka baik-baik aja. Tiba-tiba hati gue seneng aja. Karena buru-buru harus masuk kelas, gue cuma bisa mendoakan supaya rejeki llahir batin selalu tercurah untuk mereka.Amin :)