Suatu hari ketika mengikuti latihan piano di
rumah guru privatnya, Putra melihat seorang perempuan turun dari mobil dan
melewati pekarangan rumah guru privatnya.
Putra yang sedang memainkan instrument tanpa
sengaja teralihkan dan memandang ke arah perempuan yang lewat di jendela di
depannya, sampai akhirnya guru privatnya memarahinya karena tidak focus latihan
dan akhirnya Putra mencoba kembali focus pada latihannya, walau sesekali ia memandang
ke arah perempuan yang ada di luar jendela tadi.
Selesai latihan piano, Putra berpapasan di
lorong rumah guru privatnya dengan perempuan di luar jendela tadi (saat
berpapasan Putra sedang memakan obat miliknya sambil melihat ke arah perempuan
itu), tapi dia heran karena perempuan itu terus menatap kosong ke depan dan
sama sekali gak memandang ke arahnya.
Karena penasaran, akhirnya dia bertanya ke bodyguard-nya, “Apa Paman tau siapa perempuan itu ?”. “Sudahlah ini bukan urusan kita”, jawab bodyguard itu sambil menyuruh Putra segera masuk kedalam mobil. Dan akhirnya Putra tahu bahwa ternyata perempuan itu adalah anak dari guru privatnya. Namanya Aria.
Keesokan harinya, Putra kembali lagi ke rumah itu untuk latihan piano.
Putra menunggu diruang tamu untuk giliran
lesnya. Sambil menunggu, ia memperhatikan perempuan yang kemarin berpapasan
dengannya di lorong rumah (Aria) yang sedang berlatih piano.
Tapi Aria selalu salah memencet dan memainkan
tuts piano sehingga instrument-nya terdengar aneh, sampai akhirnya guru piano
(alias papanya sendiri) marah-marah, dan memukul-mukul piano sampai-sampai
permen buah-buahan milik Aria berjatuhan ke lantai.
Papanya frustasi karena permainan piano Aria
yang ga ada perkembangan, akhirnya ia meninggalkan Aria yang masih berhadapan dengan
piano. Aria kemudian berusaha memungut permen buah-buahannya yang jatuh ke
lantai tadi dengan cara meraba-raba lantai.
Putra bertanya pada pelayan yang sedang
menyiapkan minum untuknya. “Paman, ada apa
dengannya ? (sambil menunjuk ke arah Aria). Apakah dia buta ??“. Pelayan
tersebut pergi tanpa memberi jawaban pada Putra. Putra terus memperhatikan Aria
dan akhirnya ia Putra sadar, bahwa Aria tidak dapat melihat.
Putra diam-diam menghampiri dan duduk di sebelah Aria, lalu memainkan piano dengan sangat baik, hingga Aria pun senang saat mendengarnya. Guru privatnya yang heran saat mendengar lantunan musik itu pun kembali mengecek anaknya yang sedang latihan piano, ia tak percaya bahwa anaknya yang buta bisa memainkan instrument sebagus itu. Saat guru privatnya datang, Putra bersembunyi di balik piano sehingga guru privatnya itu tidak bisa menemukannya. Guru privatnya itupun pergi lagi dengan perasaan aneh.
Setelah yakin bahwa guru privatnya itu sudah
pergi, Putra kembali duduk di samping perempuan itu. Tapi tiba-tiba, jantungnya
sakit. Putra mengerang, mengeluarkan botol obat dari kantongnya lalu
memakannya.
Erangan pelan Putra tadi rupanya terdengar
oleh Aria, hingga ia bertanya "kamu
kenapa?". Putra menjawab "Aku
ga apa-apa", sambil memakan obatnya. Putra melihat setumpuk permen di
atas piano dan bertanya, “Apa kamu ingin
makan permen ?”.
Kemudian Putra pun menyuapkan permen stroberi
ke mulut Aria untuk mengalihkan pembicaraan. Ketika menyuapkan permen ke mulut Aria
tanpa sengaja, jari telunjuknya bersentuhan dengan bibir Aria. Tiba-tiba saja
ia merasakan sesuatu. Ia berpikir apakah ini rasanya cinta ?. Lalu ia memandang
ke arah Aria
Sejak saat itu, mereka menjadi dekat. Tapi ternyata guru privatnya tidak
merestui mereka, karena ia tahu bahwa Putra memiliki penyakit kelainan jantung
dan tidak akan berumur panjang. Ia tidak ingin hati anaknya hancur ketika hari
kepergian Putra yang semakin dekat tiba.
Suatu hari, Putra ingin mengajak ngobrol Aria di halaman belakang rumah guru privatnya. Ia dan Aria, diam-diam keluar rumah menuju halaman belakang rumah. “Aria, Cepat. Cepat…!!!”, panggil Putra sambil melihat situasi halaman belakang dari balik tembok, tapi kemudian ia ingat bahwa Aria tidak bisa melihat dan ia harus jalan perlahan sambil meraba tembok. Kemudian Putra membantu Aria. Ia menggenggam tangan Aria dan membawanya ke kursi di halaman belakang.
“Apa kamu ga penasaran sama wajahku ?”,tanya Putra. Aria pun mengangkat tangannya ke wajah Putra.
Ia meraba wajah Putra untuk mengetahui bagaimana wajah Putra dalam pikirannya.
Saat Aria sedang meraba wajah Putra, Putra
menarik tangan Aria dan menempelkannya di dadanya, “Apa kau bisa merasakannya ?” .Tapi tiba-tiba jantung Putra sakit
lagi.
Saat Putra hendak meminum obat jantungnya,
tiba-tiba para bodyguardnya datang. Mereka menarik dan membawa paksa Putra
untuk pulang. Putra berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari bodyguardnya, tapi
sia-sia. Ternyata guru privatnya yang telah menelepon bodyguard Putra untuk
membawa Putra pulang.
Saat akan dibawa ke dalam mobil, botol obat Putra
terjatuh. Aria bingung akan apa yang sedang terjadi, ia meraba-raba dan menemukan
botol obat milik Putra tergeletak di tanah.
Beberapa hari berlalu, dan Putra tidak pernah
datang ke rumah Aria untuk latihan dan bermain piano lagi. Aria bingung, ia
tetap menunggu dengan perasaan khawatir meski sampai saat itu dia tidak tahu
botol Putra yang ada di genggamannya itu sebenarnya berisi obat apa.
Tiba-tiba di suatu malam, saat Aria masih terus menunggu, Ia mendengar suara
pintu rumahnya terbuka. Ternyata Putra akhirnya datang lagi. Ia berjalan
lunglai menuju piano yang ada di ruang privat. Malam itu Putra ingin menyatakan
seluruh isi hatinya untuk terakhir kalinya.
Tapi dia ga punya kekuatan untuk berbicara
langsung pada Aria. Akhirnya ia memilih untuk memainkan sebuah
melodi/instrument dengan piano yang ada di ruang privat.
Melodi yang dimainkan Putra terdengar sampai
ke kamar Aria. Saat Putra memainkan sebuah instrument dengan piano, dan Aria
merasa senang saat mendengarnya lagi. Isi dari melodi tersebut :
“Aku selalu memperhatikanmu, aku akan selalu
disisimu, aku…………….”
Tapi tiba-tiba di tengah permainan, Putra
berhenti. Jantungnya kembali sakit dan ia jatuh tidak sadarkan diri. Kepalanya
membentur tuts-tuts piano, sebelum sempat untuk menyelesaikan permainannya dan
menyampaikan isi terakhir dari melodi tersebut.
Dan hari itu adalah hari terakhir Putra bisa
memainkan sebuah melodi untuk Aria. Bodyguard Putra kemudian menggendong Putra
keluar, menuju mobil.
Sementara Aria tidak tau apa-apa, ia bingung
kenapa Putra berhenti main, ia mulai khawatir tapi ia tetap diam. Ayahnya Aria
(guru privat Putra) merasa sedih saat mengetahui bahwa Putra telah pergi tanpa
sempat menyelesaikan melodinya untuk Aria. Ia tahu bahwa anaknya masih tetap
diam di sana, kebingungan, menunggu Putra untuk melanjutkan permainan pianonya
dalam kekhawatiran.
Akhirnya sang ayahlah (guru privat Putra) yang melanjutkan memainkan melodi yang belum selesai dimainkan oleh Putra. Isi melodi yang diselesaikan oleh sang ayah adalah “Aku mencintaimu………..”.
Aria yang tadi benar-benar khawatir pun
kemudian merasa lega, karena ia masih mendengar lantunan piano yang ia kira itu
adalah Putra
Ia tersenyum. Ia berpikir bahwa yang memainkan piano itu adalah Putra. Ia masih berpikir bahwa Putra baik-baik saja. Kenyataannya. Putra telah pergi untuk selamanya...
“Cinta datang di tengah perbedaan. Alunan melodi
adalah bahasa yang dapat menyatukan perbedaan itu. Membuat tersenyum satu sama lain walau di tengah rasa sakit, kegelapan, dan ketidaktahuan. Jika bukan dimasa ini mungkin
dimasa yang akan datang, kita bisa bersama. Inilah melodi terakhir yang bisa kualunkan
untukmu untuk menggambarkan perasaanku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar